Sudahkah Kita Memuliakan Kedudukan Ibu Bapak Mertua Kita Juga...???

Tidak hanya terhadap orang tua yang telah melahirkan kita, Islam juga menaruh harkat yang tinggi terhadap ibu bapak dari istri kita (mertua, tanggung jawab terhadap ibu bapak mertua patut menjadi perhatian.

Mengacuhkan ibu bapak mertua sama halnya kita mengacuhkan ibu bapak yang telah melahirkan kita sendiri. Menempatkan mertua pada kedudukan yang mulia sama halnya kita menghormati ibu bapak yang melahirkan kita. Menyakiit hati ibu mertua sama halnya kita menyakiti hati ibu yang melahirkan kita.

Cintai anaknya lantas kenapa kita tak cintai yang melahirkannya. Mungkin ada juga seorang menantu yang berhati kecil dan menyembunyikan perasaan kesal terhadap orang tua sebab terlalu jauh turut campur pada urusan anaknya. Rendahkanlah hati, cairkan amarah dan bersabarlah, bangun kembali hubungan yang baik mengingat kedudukannya yang setaraf dengan ibu bapak kandung kita sendiri.



Fardhu bagi seorang laki-laki untuk taat Rabb-nya, lalu kepada Nabinya, kepada kedua orang tua yang melahirkan kita, lalu kepada ibu bapak mertua, dan yang terakhir terhadap pendamping hidup kita. Seorang istri yang patuh harus juga memahami, dan jika pasangannya menempatkan ibu bapaknya melebihi dirinya sendiri, dan itu adalah sebuah kewajaran.

Sedangkan bagi seroang perempuan, kewajibannya adalah  Patuh atau Taqwa pada Rabbil ‘Izzati,  Nabi Muhammad, dan terhadap suaminya. Jalan yang mudah untuk ke syurga bagi seorang anak selain takwa terhadap Allah juga taat pada kedua orang tua.hati orang tua perlu juga di jaga, karna mereka pun punya hak atas menantunya.

Masih ingatkah kita pada kisah Nabi Ibrahim bersama anaknya Nabi Ismail.Pada hari itu,Nabi Ibrahim menghampiri tempat tinggal anaknya dan pada waktu itu namun Nabi Ismail sedang pergi ke luar rumah. Sayangnya istri Nabi Ismail tidak mengenali bapak dari Nabi Ismail yang ternyata adalah  bapak mertuanya.

Si menantu pun tidak sadar dan bersikap tidak sopan pada Nabi Ibrahim dan Nabi Ibrahim berkecil hati atas sikap menantunya.dan sebelum Nabi Ibrahim pergi  ia meninggalkan sebuah pesan terhadap menantunya untuk mengganti pintunya yang baru.jika Nabi Ismail telah tiba di rumah,istrinya menceritakan sosok laki-laki yang pernah datang kerumahnya dengan meninggalkan sebuah pesan itu. Dan seketika itu Nabi Ismailpun tahu bahwa Beliau adalah ayahnya.

Nabi Ismail sadar maksud dari perkataan ayahandanya, bahwa istrinya tidak termasuk golongan yang berakhlaq, kemudian beliau meninggalkannya. Nabi ismail menikah untuk yang kedua kalinya dan ayahnya juga tidak mengetahui siapa istri Nabi Ismail .

Kemudian sekali lagi Nabi Ibrahim singgah ketempat putranya dan menantunya itu melayani beliau dengan ramah walau ia tidak mengenal siapa sebenanrnya tamunya tersebut. Nabi ibrahim menyukainya dan Beliaupun berpesan kepada menantunya, pintu rumahnya sudah bagus tidak perlu diganti lagi dengan yang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Suara Yang Didengar Mayat, Siapa Tidak Membaca Merugilah Dia,Ini Nyata Bukanlah Hendak Menakut Nakuti...

Inilah 8 Perbedaan Pacaran Hanya Untuk Main-main Dan Pacaran Yang Mempunyai Tujuan Untuk Masadepan Bersama